Welcomw To Blogspot Riezal Cinta Damai

19 Jan 2012

Pencuri Kue



Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam.
Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba.
Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong
kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk.

Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru
saja dibelinya.
Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki
disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau
dua dari kue yang berada diantara mereka.

Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi
keributan.Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.
Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan
persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit
berlalu.

Wanita itupun sempat berpikir Kalau aku bukan orang
baik, sudah ku tonjok dia! Setiap ia mengambil satu
kue, Si lelaki juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa
yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di
wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue
terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan
separo miliknya, sementara ia makan yang separonya
lagi.

Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir ‘Ya ampun
orang ini berani sekali, dan ia juga kasar, malah ia
tidak kelihatan berterima kasih’.

Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela
napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia
mengumpulkan barang miliknya dan menuju
pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si “Pencuri
tak tahu terima kasih!”.

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari
bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia
merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Disitu
ada kantong kuenya, di depan matanya.

Koq milikku ada di sini erangnya dengan patah hati,
Jadi kue tadi adalah miliknya dan ia mencoba berbagi.
Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa
sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih
dan dialah pencuri kue itu.

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering
terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang
lain dengan kacamata kita sendiri/subjektif serta tak
jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah,
orang lainlah yang patut disingkirkan,
orang lainlah yang tak tahu diri,
orang lainlah yang berdosa,
orang lainlah yang selalu bikin masalah,
orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.

Padahal…..???
kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita
sendiri yang tidak tahu malu.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh
pendapat, penilaian atau gagasan orang lain sementara
sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar