Welcomw To Blogspot Riezal Cinta Damai

17 Jan 2012

Sebuah Penantian Panjang


 Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar pandangan kagum dan doa bahagia.

Mereka saling mengasihi satu sama lain. Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun. Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu IA memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya. Tuhan bertanya kepadanya:"Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?" . Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab:"Ya" . Tuhan berkata:"Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 thn. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?". Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab:"saya bersedia!".

Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan. Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang.

Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala dsb. Sang kupu-kupu diam-diam sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sgt panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan wanita itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat embusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi.Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini. Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam gereja kecil telah di penuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan.

Ia mendengarkan sang kekasih yang berada di bawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan:" saya bersedia menikah dengannya!". Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.

Dengan pedih hati Tuhan menarik napas:"Apakah kamu menyesal?". Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya:"Tidak" . Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan: "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri". Sang kupu-kupu menggeleng-gelengka n kepalanya:"Biarkanl ah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".


Ada beberapa kehilangan merupakan takdir.

Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya.

Mencintai seseorang tidak harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus baik-baik mencintainya.


stop at the top

Para malaikat sedang sibuk mengadakan rapat untuk menentukan cara-cara mati yang baru untuk daftar manusia yang akan mati bulan ini. Tiba-tiba dikejutkan dengan masuknya salah satu asisten pribadi malaikat pencabut nyawa. “Interupsi…interupsi… yang mulia”, teriak sang asisten dengan terengah-engah. “ Ada apa asisten, kenapa engkau menganggu rapat kami”, tegur sang malaikat pemimpin rapat merasa terganggu.

“ Ada seorang hamba yang seharian berdoa meminta mati hari ini yang mulia”, kata sang asisten dengan muka sangat serius.

“Hah… manusia macam apa yang meminta mati dalam doanya, apakah sudah sedemikian susah hidupnya ?”, Tanya sang malaikat dengan penuh tanda tanya .

“Sepanjang yang saya saksikan manusia ini kehidupannya sangat baik yang mulia, harta kekayaannya berlimpah dan selalu beramal, ilmunya sangat tinggi dan selalu mengajarkannya kepada orang lain, setiap saat saya dengar dari hatinya mengingat Tuhan dan memohon ampunan tanpa henti. Keluarganya sangat berbahagia dan membanggakan dirinya dan bersyukur atas keberadaan orang ini.”, cerita sang asisten dengan berapi-api.

“Wah… tapi mengapa orang ini berdoa memohon kematian”, renung sang malaikat.
Akhirnya dalam tanda tanya yang besar sang malaikat pemimpin rapat mengutus salah satu malaikat untuk turun ke dunia dan menanyakan langsung.

“Mohon maaf menganggu waktu anda wahai hamba yang baik”, sapa sang malaikat utusan. Dilihatinya wajah manusia di depannya, seraut wajah yang sangat bersinar. Dari raut wajahnya nampak bahwa orang ini belum terlalu tua, mungkin sekitar 40 tahun umurnya, sinar matanya pun teduh dan nampak sedikit berkaca-kaca. “Perkenankan saya bertanya, mengapa kamu memohon mati padahal kehidupan kamu sangat baik ?, lanjut sang malaikat.

“Wahai malaikat, mengapa aku memohon mati hari ini, karena aku merasa inilah waktu yang tepat untuk kematianku. Inilah saat terbaik dalam kehidupanku dimana hampir seluruh sendi kehidupanku berada dalam kebaikan. Hartaku sudah berlimpah ruah, keimananku sedang berada dalam cinta terbesar atas Tuhanku, kehidupan keluargaku begitu membahagiakan, ibadahku berada dalam kekhusu’kan yang amat menggetarkan,…………”, orang ini terus bercerita tentang semua keindahan kehidupannya seperti air bah yang datang tanpa berhenti dan membuat sang malaikat terpana karena belum pernah disaksikannya seorang manusia yang sedemikian hebat mensyukuri kehidupan.
“Wahai malaikat karena itulah aku meminta mati hari ini, karena aku menyaksikan banyak sekali hamba yang justru menjadi rakus akan kenikmatan yang dia peroleh. Mereka bertambah haus saat berkuasa, mereka bertambah dahaga saat menjadi kaya raya, mereka semakin terpana atas kehebatannya. Dan aku menyaksikan bahwa sebagian besar dari mereka mengakhiri kehidupannya dalam kesendirian dan ketidak berdayaan. Semua teman dan sahabat menjauhinya saat mereka tidak lagi berkuasa dan memiliki pengaruh yang besar”, suara orang ini mantap dan penuh keyakinan. Perlahan-lahan tangan orang ini menjulur ke depan dan menyentuh bahu sang Malaikat. “Hanya kepada engkau Tuhan menganugerahkan konsistensi tanpa gangguan apapun, wahai malaikat. Terhadapku Tuhan memberikan keleluasaan terhadap godaan dan pilihan. Aku tidak yakin apakah aku masih akan bersyukur pada saat DIA mencabut semua kelimpah ruahan ini.”

Sang Malaikat masih saja terpana. Dari singgasanaNYA Tuhan tersenyum menikmati keindahan sang Hamba. Dengan kuasaNYA Tuhan berbisik kepada sang Malaikat, “Biarkan dia hidup lebih lama lagi karena Aku masih ingin menikmati keindahannya”.

Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar